Rabu, 23 Maret 2011

Jasa Pengetikan, Skripsi, Buku, Makalah, Tugas Kantor dan lain-lain


Mengetik suatu yang mudah, tetapi lain hal jika mengetik yang begitu banyak, tidak banyak waktu/tidak sempat untuk mengetik, ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan, dan lain-lain.

Untuk itu Kami menyediakan Jasa Pengetikan dengan harga yang terjangku.

Biaya jasa pengetikan:

1. Ukuran kertas A4/Letter
   - 2 spasi Rp. 1.000,- /lembar
   - 1,5 spasi Rp.1.500,- /lembar
   - 1 spasi Rp. 2.000,- /lembar

2. Ukuran kertas Legal/Folio
   - 2 spasi Rp. 1.500,- /lembar
   - 1,5 spasi Rp.2.000,- /lembar
   - 1 spasi Rp. 2.500,- /lembar

3. Pengetikan Laporan Keuangan Rp. 1.000 - 3.000 /lembar (tergantung tingkat kesulitan)

4. Print out (hitam)
   - Text biasa Rp. 300,- /lembar
   - Gambar tidak full Rp. 500,- /lembar
   - Gambar full Rp. 1.000,- /lembar

5. CD burning Rp. 5.000,- /CD

Hubungi/SMS ke: 021-92131053

Rabu, 09 Maret 2011

Orientasi Kenyamanan

Orientasi kenyamanan atau convenience orientation merujuk kepada nilai yang diberikan atas pencarian aktif sebuah produk sehingga menimbulkan kenyamanan pribadi dan penghematan waktu dalam aktivitas tertentu. Faktor convenience atau kenyamanan dilaporkan sebagai alasan utama konsumen melakukan pembelanjaan melalui toko virtual seperti internet (Forshyte dan Shi, 2003). Hal ini terjadi karena perkembangan di bidang sistem informasi, teknologi dan distribusi telah meningkatkan kenyamanan dalam mencari, memesan dan mengantar produk ke tangan konsumen secara efisien sehingga konsumen merasa lebih nyaman (B.C.Y Lee,2007).

Orientasi kenyamanan konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun dalam konteks belanja online orientasi kenyamanan konsumen dibentuk oleh dua dimensi, yaitu dimensi waktu dan energi. (McEnally dan Brown, 1998). Dimensi waktu merujuk kepada tekanan atas  keterbatasan waktu belanja yang dimiliki konsumen. Sedangkan dimensi energi berkaitan dengan besarnya usaha yang dikeluarkan dalam berbelanja. (Marquis, 2005). Konsumen dengan orientasi kenyamanan dalam berbelanja memiliki ciri-ciri, yaitu senang jika bisa menghemat waktu belanja, senang jika bisa bebas menentukan waktu belanja tanpa terbatas oleh hari libur, jam malam toko sudah tutup dan keterbatasan waktu lainnya. Selain itu konsumen dengan orientasi kenyamanan biasanya selalu berusaha agar dapat meminimalisir usaha untuk pergi mengunjungi toko dan meminimalisir perbuatan menjengkelkan yang mungkin di dapat dari orang lain ketika berbelanja di toko seperti perilaku sales promotion girl yang terlalu memaksa, konsumen lain yang tidak mau mengantri, buruknya pelayanan yang diberikan dan sebagainya. Namun konsumen dengan tingkat orientasi kenyamanan dalam berbelanja biasanya merespon cukup baik terhadap iklan dan rekomendasi orang lain sehingga sering melakukan pembelian impulse (Korgaonkar, 2003).

Pembelian di toko virtual atau toko tanpa wujud fisik, biasanya akan lebih menarik bagi konsumen dengan tingkat orientasi kenyamanan yang cukup tinggi dan konsumen yang mengutamakan harga. Faktanya, orientasi kenyamanan pada konsumen sering kali disamakan dengan orientasi biaya. Hal ini terjadi karena dalam berbelanja konsumen menghadapi dua jenis keterbatasan; keterbatasan keuangan (money budget) dan keterbatasan waktu (time budget). Nyatanya kedua hal ini sangat berbeda. Konsumen yang memiliki orientasi kenyamanan dalam berbelanja didefinisikan sebagai konsumen yang mengutamakan dapat menyelesaikan sesuatu dalam waktu sesingkat mungkin. Sedangkan konsumen yang mengutamakan keterbatasan keuangan didefinisikan sebagai konsumen yang selalu berusaha memaksimisasi penggunaan uang dalam berbelanja (Engel dan Balckwell, 1982).

Tingkat Penolakan Risiko

Risk Averseness atau tingkat penolakan risiko merupakan derajat dimana orang merasa terancam oleh situasi yang ambigu, sehingga menciptakan kepercayaan di dalam diri orang tersebut untuk menghindarinya.

Tingkat penolakan risiko merupakan faktor penting yang mempengaruhi niatan pembelian di toko online (Jarvenpaa dan Todd, 1997). Orang dengan tingkat penolakan risiko yang tinggi cenderung merasa terancam oleh keadaan yang berisiko dan situasi yang ambigu (Hofstede, 1991). Setelah sukses melakukan pembelian, baik di toko ritel berwujud fisik maupun di toko online, konsumen dengan tingkat penolakan risiko yang tinggi cenderung lebih loyal daripada konsumen dengan tingkat penolakan risiko yang netral (Gupta et al., 2004).

Dalam membeli pakaian untuk mengetahui secara pasti ukuran, warna dan kecocokan dari pakaian di tubuh konsumen memegang peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen (Cox dan Rich, 1964). Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan produk lain, seperti tiket pesawat, alat elektronik, dan sebagainya, membeli pakaian di toko virtual seperti internet dianggap mengandung ketidakpastian atau risiko yang lebih tinggi. (Park, 2002)

Pengertian Risiko

Risiko didefinisikan sebagai kehilangan (the chance of loss), kemungkinan terjadi kerugian (the possibility of loss) dan ketidakpastian (uncertainty). Kehilangan atau kerugian (loss) berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian, sedangkan ketidakpastian berhubungan dengan penilaian individu terhadap kemungkinan perubahan situasi yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan (Vaughan, Emmett J. 1996).

Perceived risk merupakan dampak yang tidak diingikan (ingin dihindari) konsumen ketika mereka membeli dan menggunakan produk. Dampak  negatif (resiko) terdiri dari physical risk (terkena sengatan listrik ketika menggunakan pengering rambut), financial risk (garansi yang ditawarkan tidak mencakup reparasi, membeli sepatu baru dan pada esok  harinya sepatu tersebut diskon), functional risk (minum obat sakit kepala tetapi tidak berhasil menghilangkan rasa sakitnya), dan psychosocial risk (konsumen tidak merasa percaya diri mengenakan gaun malam). Perceived risk mengakibatkan respon afektif yang negatif terhadap dampak yang tidak menyenangkan dari produk, seperti emosi negatif, perasaan tidak enak, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian atau kemungkinan perubahan situasi yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Konsumen menerima risiko yang lebih tinggi ketika berbelanja di toko virtual seperti belanja melalui telepon, katalog dan televisi (Bhatnagar dan Ghose, 2004). Dalam melakukan pembelanjaan di toko virtual, konsumen menghadapi beberapa risiko, seperti pengambilan keputusan pembelian tanpa melakukan investigasi langsung, risiko finansial dalam pembayaran, dan minimnya penjelasan mengenai produk yang akan dibeli. Terdapat dua jenis ketidakpastian dalam menerima risiko di toko online, Ketidakpastian dari sisi produk dan proses. Ketidakpastian produk muncul ketika produk yang diterima tidak sesuai dengan ekspektasi atau harapan konsumen. Sedangkan ketidakpastian proses muncul ketika konsumen memiliki rasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dalam melakukan dan menyelesaikan transaksi di toko online (Liang dan Huang, 1998).

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah interaksi dinamis antara pengaruh kognisi (pikiran), perilaku, dan kejadian di sekitar konsumen, di mana konsumen melakukan  aspek pertukaran dalam hidup mereka (Peter dan Olson, 2005). Dengan kata lain, perilaku konsumen mencakup pikiran dan perasaan dari pengalaman manusia dan tindakan yang mereka tampilkan dalam proses konsumsi. Selain itu tercakup juga hal-hal di lingkungan yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan konsumen, seperti komentar atau pendapat konsumen lain, iklan yang ditampilkan dan lain sebagainya.

Perilaku konsumen merupakan suatu hal yang dinamis karena pikiran, perasaan dan tindakan dari konsumen senantiasa berubah. Contohnya adalah perkembangan teknologi internet yang merupakan perubahan lingkungan berhasil mengubah cara konsumen dalam mencari informasi mengenai suatu produk atau jasa dalam membuat keputusan pembelian.

Kedinamisan dari perilaku konsumen ini membuat strategi yang berjalan pada satu waktu atau pasar mungkin gagal jika diterapkan di waktu yang berbeda atau pasar yang berbeda. Selain itu siklus hidup produk yang lebih cepat menuntut perusahaan untuk terus berinovasi agar tercipta nilai yang superior di mata konsumen dan tetap menghasilkan profit bagi perusahaan. Sehingga dibutuhkan pembuatan produk baru, versi baru dari produk yang sudah ada, merek baru dan strategi baru.

Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pemikiran, perasaan, tindakan, dan lingkungan konsumen. Oleh karena itu pemasar harus mengerti produk dan  merek apa yang dianggap berarti oleh konsumen, hal-hal apa yang dilakukan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk dan merek tersebut serta apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi produk atau merek tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar pemasar dapat mengetahui bagaimana cara memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen serta menciptakan nilai atas produknya.

Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antar manusia. Dengan kata lain, seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dan menerima sesuatu sebagai balasannya. Dalam menganalisis perilaku konsumen terdapat elemen-elemen penting yang harus diperhatikan pemasar, yaitu afeksi (perasaan), kognisi (pikiran), dan perilaku konsumen serta lingkungan sekitar yang mempengaruhi perilaku konsumen.

Senin, 31 Januari 2011

Diskriminasi Harga

Diskriminasi harga adalah tindakan penjualan dalam menjual barang yang sama di bawah pengawasan produksi yang sama dengan harga berbeda kepada pembeli yang berbeda.

Sifat dasar diskrimanasi harga

A. Kondisi yang mengawali diskriminasi 
Diskriminasi harga dapat terjadi bila diawali tiga sebagai brikut:
  1. Pembelian-pembelian mepunyai elastisitas permintaan yang berbeda-beda secara tajam
  2. Para penjual mengetahui perbedaan-perbedaan ini dan dapat menggolongkan pembeli dalam kelompok-kelompok berdasarkan elastisitas yang berbeda-beda
  3. Para penjual dapat mencegah pembeli untuk menjual kembali barang-barang yang dibeli.
B. Kasus diskriman harga
Semua kondisi ini dapat berkombinasi mebentuk perbedaan elasitas yang tajam. Perbedaan – perbedaan tersebut dapat stabil dan berlangsung lama, atau berubah dengan cepat ( contoh : variasi-variasi yang stabil ditemukan dalam permintaan terhadap listrik dalam waktu harian, mingguan ata musiman. Variasi-variasi elastisitas yang tak stabil terdapat dalam permintaan pakaian / mainan).

C. Tipe-tipe diskriminasi harga
Diskriminasi tidak terbatas pada kasus-kasus sederhana dimana suatu produk di jual pada dua kelompok pembeli. Jumlah produk dan kelompok pembeli dapat mencapai jumlah yang amat banyak produk-produk tersebut mungkin meruoakan bagian dari “full line”; produk-produk tersebut mungkin merupakan kompenen-kompenen dari satu produk.

Pengaruh diskriminasi harga
Melalui penetapan harga secara selektif. Setiap perusahaan dapat melakukan dua hal yang utama:
a. Memaksimumkan keuntungan pada posisi pasar apapun
b. Meningkatkan atau mempertahankan posisi pasar tersebut terhadap perusahaan-perusahaan lain.
  1. Senjata persaingan. Setiap prusahaan besar atau kecil akan berusaha mengambil konsumen dari pesaing-pesaingnya. Penetapan harga secara relative adalah salah satu cara yang lebih ampuh dari pada pemotongan harga. Pemotongan harga yang selektif atau deskriminasi harga meminimumkan pengorbanan tersebut.
  2. Meningkatkan atau mengurangi persaingan. Diskriminasi harga terbukti meningkatkan atau mengurangi persaingan, tergantung pada situasi. Ada dua isu dalam hal ini :
  • Posisi pasar di mana perusahaan melakukan diskriminasi
  • Bagaimana sistematika dan melengkapi diskriminasi. Semakin tinggi pasang pasar, persaingan tentu akan berkurang.

Tindakan mematikan perusahaan lain
a. Pengujian terhadap persaingan yang tak adil
b. Kreteria alternative
  1. Harga dan biaya
  2. Pengaruh tindakan antikompetisi

Sabtu, 15 Januari 2011

Eksploitasi Tenaga Kerja

Eksploitasi tenaga kerja menurut Marxis, pemberian imbalan yang tidak wajar kepada pekerja di mana jumlahnya kurang dari jumlah total produksi setelah dikurangi dengan biaya pemeliharaan barang-barang modal. Sementara itu, Marshal menyebutkan eksploitasi tenaga kerja ini berbentuk pembayaran upah yang kurang kepada pekerja dibanding dengan hasil marjinalnya. Eksploitasi tenaga kerja khususnya terhadap anak-anak dan perempuan kini menjadi perhatian utama.

Secara sederhana eksploitai tenaga kerja yaitu tenga kerja disuruh/dipaksa tanpa henti dan istirahat, bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan dan tanpa diberikan hak-hak atau diberikan hak-haknya tetapi tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Minggu, 02 Januari 2011

Fungsi Pengawasan

Sebagai suatu pengendalian manajemen yang bebas dalam menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif, maka fungsi pengawasan adalah :
  1. Untuk menilai apakah pengendalian manajemen telah cukup memadai dan dilaksanakan secara efektif.
  2. Untuk menilai apakah laporan yang dihasilkan telah menggambarkan kegiatan yang sebenarnya secara cermat dan tepat.
  3. Untuk menilai apakah setiap unit telah melakukan kebijaksanaan dan prosedur yang menjadi tanggung jawabnya.
  4. Untuk meneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efisien.
  5. Untuk meneliti apakah kegiatan telah dilaksanakan secara efektif yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian fungsi pengawasan adalah membantu seluruh manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif dengan melaksanakan analisa, penilaian, rekomendasi dan penyampaian laporan mengenai kegiatan yang diperiksa. Oleh karena itu internal audit harus dapat memberikan pelayanan kepada manajemen, sehingga manajemen dapat mengetahui apakah system pengendalian yang telah diterapkan berjalan dengan baik dan efektif untuk memperoleh keadaan sesungguhnya.

Pengertian Pengawasan

Sebagaimana telah dibahas dimuka, bahwa untuk mencapai tujuan yang optimal, bank menetapkan alat yang dapat membantu tercapainya pelaksanaan secara efisien dan efektif yang diharapkan dapat membatasi terjadinya pemborosan dan penyelewengan yang akan menimbulkan kerugian bagi bank. Alat tersebut adalah system pengawasan/pengendalian intern. Di dalam pelaksanaannya tidak mustahil suatu kegiatan operasional bank berjalan diluar dari system yang ada. Untuk itu perlu adanya usaha atau langkah untuk meyakinkan apakah hasil pelaksanaan tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dans udah melalui prosedur serta ketentuan yang tepat. Di dalam melakukan pengawasan, tindakan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan.

Menurut Ruchiyat Kosasih (1991:15) yang dimaksud pemeriksaan adalah verifikasi data akutansi untuk menentukan ketelitian dan dapat diandalkan/dipercaya laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

Menurut pusat pengembangan akutansi STAN mengatakan pemeriksaan adalah tindakan membandingkan antara keadaan yang sebenarnya (kondisi) dengan keadaan yang seharusnya (kriteria).

Dengan demikian jelaslah bahwa pemeriksaan adalah suatu tindakan untuk mengevaluasi kembali hasil pekerjaan berdasarkan kriteria yang ada dengan meneliti secara cermat pengadministrasian data akutansi dan data lainnya dalam memberikan laporan yang sebenarnya kepada pimpinan/top manajemen.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pemeriksa intern merupakan suatu pengendalian manajemen yang fungsinya untuk mengukur dan menilai efktivitas dari pengendalian dalam suatu organisasi, dalam membantu manajemen menyelesaikan tanggung jawabnya melalui laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang didalam memuat saran/rekomendasi atas dasar pelaksanaan pemeriksaan yang objective dan independen serta didukung dengan integritas yang tinggi.